Kacamata pintar Google Glass terus menuai kontroversi. Yang terbaru, pemerintah dari 7 negara mengirimkan surat pada Google untuk mencari tahu seluk-beluk Google Glass.
Dalam surat yang dikirimkan kepada CEO
Google, Larry Page, pemerintah Kanada, Belanda, Australia, Selandia
Baru, Meksiko, Israel dan Swiss menyatakan mereka ingin menguji coba
Google Glass. Mereka ingin memahami apakah ada masalah sosial dan etis
terkait perangkat canggih itu.
“Ketakutan terhadap aksi mata-mata para
individu pada individu lain, apakah melalui rekaman foto video atau
aplikasi lain telah muncul,” demikian pernyataan mereka yang dikutip
dari Bizjournals, Kamis (20/6/2013).
Pemerintah Kanada pada khususnya fokus
pada isu privasi. Google Glass memang punya kemampuan canggih, misalnya
merekam dengan perintah suara. Hal ini menimbulkan kekhawatiran banyak
orang yang takut direkam tanpa izin.
Bahkan, sebuah survei yang
diselenggarakan lembaga Creative and Social Technology (CAST) di
Goldsmiths, University of London mengungkap bahwa 20% responden meminta
Google Glass dilarang. Survei di Inggris ini melibatkan 4.000
responden.
Namun bos Google yakin nantinya
ketakutan terhadap Google Glass akan pudar. “Orang-orang mengkhawatirkan
sesuatu yang sebenarnya, jika kita sudah menggunakan produknya, bukan
masalah besar. Sama seperti Anda tidak terteror jika seseorang
menjepret foto Anda dengan smartphone,” tutur CEO dan pendiri Google,
Larry Page.
sumber : inet.detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar